Sabtu, 06 Juli 2013

Hikmah Puasa Ramadhan Menurut Islam dan Sains

Ramadhan merupakan suatu hadiah, anugerah kepada dunia kesihatan kerana ia mampu meningkatkan taraf kesihatan masyarakat. Melalui kajian sains didapati berpuasa, akan menurunkan kadar glukos darah, tekanan darah, khasnya tekanan darah sistolik dan juga lipid darah. Puasa juga turut menurunkan berat badan.  Suatu kongres antarabangsa bertemakan “Kesihatan dan Ramadhan” telah diadakan di Casablanca, Morocco pada tahun 1996.  Pakar-pakar perubatan dari seluruh dunia telah membentangkan lebih kurang 50 kajian ketika itu. Kesemua kajian itu mengesahkan puasa mampu mencegah serta menyembuhkan pelbagai jenis penyakit yang dihidapi manusia. Kesimpulan kongres itulah yang  menekankan 4 fadhilat berpuasa dari sudut kesihatan yang jelas iaitu, menurunkan gula darah, tekanan darah, lipid darah dan berat badan. Sebaliknya, dunia perubatan pula telah mengenal pasti pelbagai punca penyakit yang dialami masyarakat dunia masa kini dan antara penyakit yang paling kerap berlaku di dunia masa kini menurut Pertubuhan Kesihatan SeDunia ialah disebabkan sindroma metabolik. Sindroma ini meliputi 4 masalah iaitu: (1) glukos darah tinggi (2) Tekanan darah tinggi (3) Lipid darah tinggi dan (4) lebih berat badan atau obesiti.  Dengan hanya meneliti  penyakit utama dunia kini dan kesan puasa pada tubuh badan dapatlah kita simpulkan bahawa berpuasa adalah sangat bersesuaian untuk mencegah penyakit sindroma metabolik yang melanda dunia masa kini.

Hikmah puasa pada kesihatan sangat banyak. Di samping manfaat fisiologi badan, ibadah puasa turut menambahkan kesihatan jiwa setelah dikaji dari sudut psikologi. Bacaan al-Quran pula meningkatkan daya ingatan di samping ketenangan jiwa. Solat tarawih pula melalui suatu kajian mendapati akan membakar rata-rata 10 kalori tenaga setiap raka`at, di samping meningkatkan kesihatan tulang, otot, sendi dan lain-lain.

Satu sumbangan besar ibadah puasa Ramadhan kepada manusia adalah dalam membantu mengatasi masalah merokok. Ramai perokok sering kali memikirkan untuk berhenti dari merokok dan sebahagian besar telah pun mencubanya beberapa kali. Kebanyakan mereka sedar yang merokok itu merosakkan kesihatan mereka dan juga menjejaskan kesihatan orang-orang di sekeliling mereka. Melalui kajian-kajian, didapati 70 peratus dari perokok-perokok ternyata telah pun mencuba berhenti merokok dan 40 peratus dari perokok-perokok mencuba berhenti setiap tahun. Kita telah kenal pasti sebab-sebab yang menyukarkan seseorang untuk berjaya berhenti merokok dan di antara punca utama ialah sifat ketagihan terhadap nikotin, suatu bahan yang terdapat dalam kandungan asap rokok. Perokok mengalami kesukaran berhenti merokok kerana tubuhnya yang telah terbiasa dengan dadah nikotin yang mana ketiadaannya dalam masa dua hingga empat jam akan mula mengalami gejala gian. Walaubagaimanapun, pada bulan Ramadhan al-Mubarak seorang perokok yang kuat sekalipun boleh berhenti merokok mulai dari sahur hinggalah masa berbuka yang melebihi 12 jam. Ini adalah satu perkara yang tidak dapat dijawab dengan ilmu sains kerana mengikut keadaan biasa setelah dadah nikotin dalam darah menurun beberapa jam, otak akan memberi arahan meminta tambahan nikotin. Perkara ini tidak berlaku semasa bulan Ramadhan kerana perokok-perokok boleh berhenti melebihi 12 jam tanpa merokok.

Sebenarnya terdapat banyak faktor yang memudahkan seseorang untuk berhenti merokok pada bulan Ramadhan. Antara lain adalah suasana harian masyarakat Islam yang berubah pada bulan Ramadhan. Suasana di tempat kerja, di pejabat, di rumah pada waktu siang dan malam berbeza jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Kita dapati peluang dan keadaan yang baik untuk berhenti merokok wujud kerana tiada suasana yang mana perokok itu selalu merokok seperti selepas makan pagi, tengah hari bersama-sama dengan kawan sekerja seperti pada hari-hari lain. Adalah diharapkan agar kita dapat membantu lebih satu juta rakyat Malaysia beragama Islam yang merokok untuk berhenti merokok sempena bulan puasa Ramadhan al Mubarak tahun ini.


Rabu, 03 Juli 2013

Kuliner Khas Jogjakarta Yaitu Gudeg

Gudeg, makanan khas jogja adalah salah satu makanan khas yang diminati oleh beberapa orang, rasanya yang khas dan manis membuat orang mudah ingat dengan makanan yang satu ini, gudeg adalah buah nangka muda (gori) direbus di atas tungku sekitar 100 derajat celcius selama 24 jam untuk menguapkan kuahnya. Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek dipindang yang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedas merupakan paduan sayur tempe dan sambal krecek.

Gori atau nangka muda, adalah bahan baku utama gudeg yang lebih umum dikenal. Sebab di masa lalu, bahan baku ini sangat mudah diperoleh di kebun-kebun milik masyarakat Jogyakarta, dulu orang Jogya hanya mengenal satu jenis gudeg, yakni gudeg basah. Gudeg kering dikenal setelahnya, sekitar 57-an tahun dari saat sekarang ini. Hal ini setelah orang-orang dari luar Jogja mulai membawanya sebagai oleh-oleh. Keuntungannya, gudeg pun tumbuh sebagai home industry makanan tradisional di Jogja.

Banyak wisatawan yang berkunjung ke Jogja dan rasanya kurang lengkap jika belum menyantap gudeg di tempat ini. Tidak hanya rasanya tapi juga kemasan gudeg atau oleh-oleh khas Jogja ini dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar). Melengkapi sajian nasi gudeg akan lebih pas disertai minuman teh gula batu. Dijamin Anda akan ketagihan.

Setelah kita tahu tentang gudeg, maka berikut ini kami kasih tau cara membuat gudeg itu sendiri.. silahkan di amati.. hihihi

Resep Gudeg 
Bahan-bahan :
1 kg nangka yg tidak terlalu muda, potong-potong
12 btr telur rebus ( kupas kalau ingin bumbunya lebih meresap )
1000 cc air kelapa atau 1 sdt cuka
10 lbr daun salam
8 iris lengkuas ½ x 8cm yg diiris menurut panjangnya
200 gr gula merah, iris halus
2000 cc santan dari 1 butir kelapa
Bumbu yang dihaluskan :
15 siung bawang merah
10 siung bawang putih
4,5 sdt ketumbar
garam secukupnya

Cara Membuat :

Tahap 1
Karena butuh waktu lama untuk memasak, pakai panci beralas tebal.
Alaskan daun salam didasar panci,taruh diatasnya irisan lengkuas.
Campur bumbu halus dengan 500 cc air kelapa, aduk rata.
Masukkan berturut turut potongan nangka muda, telur rebus, gula merah,
siramkan bumbu halus yang dilarutkan dalam air kelapa atau cuka.
Tambahkan air kelapa secukupnya sebatas tinggi nangka dan
telur tadi agar terendam.
Tutup panci rapat-rapat, masak diatas api sedang,
jangan dibuka-buka tutupnya selama kira-kira 2 jam.

Tahap 2
Setelah 2 jam lihat apakah airnya sudah tinggal sedikit,
angkat dulu telurnya dan sisihkan sementara agar tidak hancur.
Masukkan santan, aduk-aduk dengan sendok kayu
sambil menghancurkan potongan nangka.
Masukkan kembali telurnya sampai sedikit terkubur dalam nangka.
Masak lagi dengan api kecil selama minimal 3½ jam.
Aduk sesekali sampai santan habis.
Gudeg akan cantik berwarna coklat kemerahan dengan
cairan yang sedikit dan kental.
Siramkan areh/kuah opor ayam kental diatas gudeg nangka ini
secukupnya pada saat dihidangkan.

sekitan artikel tentang gudeg, semoga bermanfaat.. jangan lupa untuk selalu membaca tetang keamanan pangan supaya kita tidak salah memilih makanan yang paling tepat untuk kita. hihihi

Minggu, 19 Mei 2013

Pergolakan Informasi di Indonesia


Pergolakan Informasi di Indonesia akan sia-sia?

Seperti halnya di negara lain, perkembangan Internet juga mengguncang Indonesia. Istilah Information Technology (IT), Telematika, ICT (Information and Computing Technology), dan lain-lain mulai banyak muncul dalam seminar dan publikasi. Tahun 2000 banyak bermunculan perusahaan-perusahaan “dotcom wannabee” yang ingin meniru perusahaan di Amerika. Terpuruknya perusahaan dotcom di Amerika, ditandai dengan anjloknya Nasdaq, juga mempengaruhi perusahaan dotcom di Indonesia. Namun, perkembangan IT di Indonesia tidak mati. Masih banyak usaha-usaha untuk melakukan bisnis di bidang IT atau bisnis di bidang lain tapi menggunakan IT.

Usaha mempopulerkan Internet dan teknologi informasi, umumnya, dilakukan di Indonesia dengan berbagai pendekatan, lengkap dengan slogan-slogannya. Beberapa di antaranya berkesan klise, seperti Digital Divide. Ini mengingatkan saya akan terminologi “information superhighway” yang dulu pernah populer (di awal perkembangan Internet di Amerika, jaman Al Gore menjadi wakil presiden Amerika). Karena terlalu sering digunakan, dan belum terlihat hasilnya, slogan-slogan ini justru membuat orang menjadi mual mau muntah.
Sebetulnya apa yang menjadi pendorong orang-orang ini untuk mempopulerkan Internet? Bagi penyelenggara jasa Internet (PJI), atau yang dikenal di luar negeri dengan nama Internet Service Provider (ISP), jelas usaha mempopulerkan Internet merupakan bagian dari bisnis mereka. Hal ini terkait dengan market creation. Ini wajar-wajar saja dan sah-sah saja. Justru akan aneh kalau ISP tidak melakukan usaha untuk mempopulerkan Internet. Selain PJI ada juga bisnis lain yang terkait dengan usaha itu seperti bisnis web hosting, portal (berita dan lain-lain), dan kini ASP (Application Service Provider).

Institusi lain yang non-PJI pun merasa perlu berlomba-lomba untuk mempopulerkan Internet. Ada usaha-usaha melakukan penelitian (study & research), atau membuat BIM, Warintek, dan sebagainya. Usaha ini belum jelas apakah dia bermuatan bisnis atau bersifat sosial. Ataukah dia sebenarnya bisnis (mencari proyek) yang berkedok sosial? Ataukah usaha untuk sekedar menghabiskan dana proyek saja? Yang pasti, ada usaha untuk mempopulerkan Internet dari berbagai pihak. Tidak ada yang salah, asal tujuannya jelas dan transparan.
Dari kesemua usaha ini nampaknya pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia bertambah dengan sangat lamban. Diperkirakan jumlah pengguna Internet masih berkisar antara 1,5 sampai 2 juta orang. Dia tidak berkembang secara eksponensial seperti di Cina dan India. Saya belum memiliki data pertumbuhan pengguna Internet di negara-negara lain di Asia, khususnya di Asia Tenggara. Singapura kemungkinan memiliki pertumbuhan yang rendah karena sebagian besar penduduknya sudah menggunakan Internet. Populasi Indonesia yang besar dengan pengguna yang baru 2 juta orang memungkinkan penambahanan pengguna yang berarti. Ini yang masih diincar oleh pelaku bisnis. Namun sayangnya sebagian besar dari penduduk Indonesia masih jauh dari jangkauan Internet, atau bahkan dari jangkauan telepon, atau lebih mendasar lagi dari jangkauan listrik.

Penyajian informasi via Internet tidak cocok dengan kultur Indonesia  Sebenarnya ada hal yang lebih mendasar lagi. Kegagalan penambahan jumlah pengguna Internet di Indonesia ini mungkin disebabkan oleh hal lain yang lebih mendasar, yaitu hambatan kultur. Mungkin penyajian informasi tidak membutuhkan media seperti Internet.
Jika kita lihat sebagian besar penduduk Indonesia, apakah mereka memiliki kebutuhan akan informasi seperti yang diberikan oleh Internet? Jangan-jangan jawabannya adalah tidak. Maksudnya dengan sistem dan infrastruktur yang ada saat ini saja kebutuhan akan informasi dari sebagian besar penduduk Indonesia sudah tercukupi. Sistem informasi lewat ketongan atau dari mulut ke mulut saja sudah cukup. Tidak perlu pakai Internet.
Ketika jalan-jalan ke sebuah kampung di Jawa Tengah, saya melihat bahwa listrik dan bahkan wartel (warung telepon) sudah ada di sana. Artinya infrastruktur telekomunikasi, meskipun minimal, sudah ada di sana. Saya tidak tahu apakah memang perlu seorang petani memiliki telepon sendiri di rumahnya. Saya tidak tahu apakah seorang petani di desa tersebut membutuhkan informasi tertentu sehingga rela membayar untuk memiliki akses Internet.
Jenis informasi apa yang dibutuhkan oleh seorang petani? Banyak orang yang mengatakan bahwa para petani ini membutuhkan informasi mengenai harga padi dan tanaman lain yang ditanamnya. Saya tidak terlalu yakin. Biar harga padi berapa pun, mereka tetap menanam padi. Informasi seperti itu pun bisa diperoleh dari petani lainnya. Artinya nilai (value) dari harga padi pada saat itu belum begitu penting sehingga petani tersebut mau membayar informasi tersebut. Hal yang serupa dapat dilihat di sektor usaha lain.
Mungkin informasi tentang anak yang sedang bersekolah di kota lain yang lebih menarik? Banyak petani yang menyekolahkan anaknya di kota lain, di pulau lain, dan bahkan di luar negeri. Tentunya mereka tertarik untuk berkomunikasi dengan anak mereka untuk sekedar menanyakan apakah uang sangunya masih cukup untuk membayar uang sekolah dan indekos. Atau mungkin dia tertarik untuk mendapat informasi tentang cucunya yang baru lahir di luar negeri? Atau kesemuanya ini tidak menarik bagi dia? Atau menarik, namun belum sampai pada taraf membutuhkan perangkat komunikasi (telepon atau Internet) sendiri di rumah.
Sebetulnya yang perlu kita cari tahu adalah kebutuhan primer dari penduduk Indonesia yang berhubungan dengan informasi. Makan merupakan sebuah kebutuhan primer. Makanan masih perlu disajikan sesuai dengan selera dan kultur setempat. Ada kultur yang suka makan nasi dengan ikan, akan tetapi ada yang lebih suka makan daging dengan sambal. Meskipun makan merupakan sebuah kebutuhan primer, dia masih perlu disajikan sesuai dengan selera dan kultur setempat. Demikian pula dengan informasi. Perlu kita cari kebutuhan primer informasi dan bagaimana cara menyajikan informasi tersebut sehingga informasi tersebut dapat lahap dimakan. Tambah pula!
Setelah diidentifikasi kebutuhan primer, baru kita cari kebutuhan sekunder, dan seterusnya. Dari sini baru bisa kita identifikasi apakah memang teknologi informasi sudah dibutuhkan secara serius.
Internet, khususnya world wide web dan e-mail, merupakan cerminan dari kultur baca tulis. Sementara kita lihat bahwa kultur baca dan tulis tidak terlalu dominan di Indonesia. Orang Indonesia lebih senang berkomunikasi secara verbal. Lihatlah jumlah penduduk Indonesia yang buta huruf. Lihatlah jika orang asing naik bepergian, naik pesawat terbang, atau naik kereta apa, yang dibawa adalah buku. Sementara orang Indonesia lebih senang tidur, makan, atau ngobrol di kendaraan.  Internet sangat natural dengan kultur Barat.
Kemampuan baca tulis di Indonesia nampaknya juga semakin berkurang. Di masa yang lalu kita melihat banyak pengarang Indonesia (seperti Marga T, Kho Ping Ho, Ashadi Siregar), atau juga pengarang komik (masih ingat Gundala Putra Petir, Godam, Pangeran Mlaar? atau R. A. Kosasih?). Namun sekarang dunia bacaan ini didominasi oleh bacaan dari luar negeri. Cobalah lihat komik anak-anak saat ini yang didominiasi oleh komik Jepang. Jika tidak dilakukan inisiatif khusus, maka kemampuan baca tulis kita akan semakin merosot.
Jika ada saluran Internet dengan kemampuan broadband dan multimedia, maka aplikasi yang populer di negara Barat adalah aplikasi distance learning (tele-education). Sementara itu jika fasilitas yang sama tersedia di Indonesia, dugaan saya fasilitas ini akan digunakan untuk karaoke atau nonton bersama (nonton sepak bola, balap motor atau racing Formula 1). Lagi-lagi ini masalah kultur.

Ketersediaan Informasi

Katakanlah banyak orang Indonesia mulai tertarik kepada Internet untuk mengakses informasi, maka masalah selanjutnya adalah ketersediaan informasi. Informasi di Internet untuk masyarakat Indonesia belumlah banyak. Untuk orang dewasa yang mencari informasi sesaat, ada banyak situs berita (detik.com, mweb.co.id, Kompas, Tempo, dan sejenisnya). Namun informasi untuk anak-anak SMU, SMP, dan SD belumlah banyak atau bahkan dapat dikatakan tidak ada. Situs web untuk remaja kebanyak bersifat hura-hura atau entertainment. Belum banyak situs yang berbicara tentang pelajaran atau referensi. Adakah situs yang bercerita mengenai kepulauan Indonesia, mengenai provinsinya, kekayaan alamnya, flora dan faunanya, tradisinya, dan masih banyak informasi lainnya yang sepertinya tidak bermanfaat bagi orang setempat akan tetapi sangat bermanfaat bagi tamu (visitor) yang ingin mengetahui lebih banyak tentang tempat tersebut? Sekedar menguji, coba anda sebutkan semua provinsi di Indonesia! (Jika anak anda bertanya, kemana anda mencari informasi ini?)

Sebetulnya membuat situs referensi tidak sukar. Saya membuat situs “Ensiklomedia” yaitu situs yang tujuannya adalah untuk memuat materi untuk bahan referensi seperti ensiklopedia akan tetapi difokuskan kepada bidang komputer, Internet, dan elektronika. Jika anda perhatikan, belum banyak situs lain yang memiliki informasi seperti ini. Lucunya, dari statistik log terlihat bahwa pengguna dari Malaysia yang lebih banyak menggunakan (membaca) situs ini. Situs ensiklomedia ini beralamat  di http://ensiklomedia.insan.co.id
Masih banyak jenis informasi lain yang dibutuhkan orang banyak, atau setidaknya saya butuhkan. Informasi yang saya cari antara lain, situs pelajaran bahasa Sunda (anak saya sering bertanya tentang peribahasa bahasa Sunda yang tidak saya ketahui), situs tentang informasi tumbuh-tumbuhan beserta khasiatnya, situs resep masakan (masakan tradisionil), situs tentang bagaimana merawat kendaraan bermotor, dan … ah, bisa habis tempat ini untuk menuliskan wish list saya saja. Itu belum wish list dari pengguna Internet lainnya.
Jadi, jika kita membuat warung informasi, balai informasi, atau mengajak orang untuk menggunakan Internet, kemana mereka akan surfing? Tanpa ada inisiatif dari berbagai pihak, terutama individu-individu maka usaha membuat pusat akses informasi menjadi tidak efektif. Pergolakan Informasi di Indonesia akan sia-sia.

Budi Rahardjo adalah peneliti di Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektronika (PPAUME) ITB, direktur teknis dari berbagai perusahaan IT seperti INDOCISC.com, PT Sumber Daya Telematika Indonesia, dan PT Work IT Out.

Baca juga : cara membuat beef rendang